Ceritaku...

Sederhana Namun Penuh Makna

         Beberapa hari ini cuaca di distrik Iwur kurang mendukung. Tiap pagi gerimis, ini membuatku sedikit malas datang ke sekolah. Saat ku buka pintu rumah, aku mulai menikmati silir angin pagi, segar sekali. Seharusnya pagi ini aku harus semangat, karena ini hari senin. Dan.. dengarkan suara itu, teriakan ringan dari anak murit yang sudah banyak datang ke sekolah. Ya Tuhan... mereka semangat sekali, berpakaian rapi meski tanpa alas kaki. Berbondong bondong datang sambil membawa daun pisang untuk menutup kepala mereka.  Ada yang telah duduk berjajar di teras sekolah, menanti guru tiba. Baiklah, aku tak boleh kalah dengan mereka. Aku harus semangat.
      Minggu ini hanya aku yang mengajar di SD, dua temanku yang lain sedang mengantar temanku untuk berobat di Jayapura. Sedangkan  petugas TU sedang ada ujian kuliah di kota Oksibil (ibu kota kabupaten Pegunungan bintang), dan 1 guru honorer harus izin tidak  masuk karena anaknya sakit. Oke, aku akan menghandel  semua kelas. Karena hujan rintik tak kunjung reda, aku memutuskan untuk tidak ada apel pagi di depan kelas. Anak-anak ku minta untuk segera masuk di kelas V.
“Ibu guru kenapa kita di masukkan dalam satu kelas? Bangku tidak cukup ini “, protes Musa muridku kelas V.
“Ibu guru hanya mengajar sendiri, jadi di jadikan satu kelas saja. Kalau tidak dapat bangku, duduk di bawah tidak apa-apa”, jawabku menjelaskan.
“Aduh... ini tidak baik, bagaimana nanti kita menulis”, protesnya lagi.
“Nanti ibu atur, sekarang masuk kelas dulu dan pimpin doa”
        Akhirnya Musapun menuruti perintahku. Setelah doa selesai, anak-anak mulai gaduh. Aku juga bingung “mau ku ajari apa anak anak ini ya..”. Gumamku dalam hati. Sambil berfikir keras, aku mengalihkan perhatian mereka dengan mengajaknya bernyanyi. Dari lagu sorak-sorak bergembira, garuda pancasila, dari sabang sampai merauke, bendera merah putih, 17 Agustus, dan lagu Ibu Kita Kartini sudah kita nyanyikan bersama. Akupun telah mendapatkan ide. Kita akan buat lomba untuk memperingati hari Kartini.  Memang, moment itu sudah jauh berlalu, tapi tak ada salahnya bukan ?. Paling tidak , hari ini aku akan memperkenalkan pahlawan perempuan itu kepada anak-anak Distrik Iwur.
“Ibu guru hari ini kita belajar apa kah?” , tanya Vero.
“Kita main game saja ibu guru..” , sahut Manu.
“Wah... ide bagus Manu. Kita adakan Games hari ini”, jawabku mengabulkan permintaan Manu.
“ Games apa ibu guru???”, tanya Melky, murid kelas VI.
Pertanyaan yang bagus Melky. Saat itu juga aku mulai berfikir lebih keras lagi. Berharap segera mendapatkan ide cemerlang.
“Mmm.. baiklah, hari ini ibu akan mengadakan  game atau perlombaan kecil. Ada yang tau, tanggal 21 April diperingati sebagai hari apa...???”, tanyaku menggelitik mereka.
“Aee...?? Natal kah?” , jawab Oskar. Murid kelas 3.
“Tidak... Natal su lewat..”, jawab Yunus. Murid kelas VI. Aku hanya senyum- senyum melihat wajah lucu anak-anak.
“ Ada yang tahu??”
Mereka menggelengkan kepala. Anak kelas 1 dan 2 juga serentak ikut kakak-kakaknya menggelengkan kepala. Lucu sekali...
“Baiklah... ibu akan kasih tahu klunya. Ada yang tau tidak nama pahlawan perempuan Indonesia?”
Anak-anak serentak teriak, “saya tahu ibu guru... saya tahu...!!”, teriak mereka sambil mengacungkan tangan. Tapi ada juga anak yang masih tengok kiri kanan karena tidak faham.
“Siapa coba?”,
“Ibu kita Kartini...!!!” , teriakkan  Melky paling melengking di banding yang lainnya.
“Yap...kasih jempol 4 untuk Melky... Minggu depan kita memperingati hari lahir Ibu kita Kartini. Seorang pahlawan perempuan Indonesia yang gigih membela kaumnya hingga kaum wanita mendapatkan hak yang sama untuk bersekolah”
Aku memberikan sedikit cerita tentang R.A Kartini, anak-anak memperhatikan secara seksama, sekalipin aku juga tahu, kalau saja aku mencoba memberi pertanyaan, pasti mereka sulit menjawabnya juga. Tapi itu tidak jadi masalah.
      “Sekarang ibu akan menuliskan 3 lomba yang akan kita laksanakan hari ini. Lomba pertama, lomba menggambar, yang ke dua lomba cerdas cermat, dan yang ketiga adalah lomba permainan kertas berjalan”, aku menjelaskan sambil ku tulis nama-nama lomba tersebut di papan tulis. Hmmm sedikit terlihat memang nama perlombaan ini kurang persiapan. Karena memang ide ini baru saja munculnya.
Anak-anak sudah riuh memilih lomba yang akan di ikuti. Sepertinya aku mulai kualahan. Ku tunjuk satu anak untuk membantuku di depan kelas. Ria ku pilih sebagai asistenku. Dia bertugas untuk mencatat nama siswa yang ikut perlombaan. Semua siswa harus ikut.  Otak ini ku paksa untuk bekerja lebih keras lagi, memikirkan ide tepat untuk alur dari setiap perlombaan. Sebelum lomba di mulai, anak-anak ku bagi menjadi 3 kelompok sesuai lomba yang di ikuti. Lomba menggambar ada di kelas V, lomba cerdas cermat ada di kelas IV, dan lomba permainan "kertas berjalan" di kelas III.  Lomba menggambar, ku berikan tema Kartini. Anak-anak harus menggambar sosok R.A Kartini. Ku siapkan kertas dan pensil warna untuk mereka. Ku pilih Vero untuk memimpin kelas. Tugasnya membagikan kertas, mengumpulkannya menjadi satu setelah lomba selesai.
Perlombaan yang ke dua, aku mulai kacau, karena tak ada persiapan soal. Ada 8 siswa yang ikut lomba ini. Akhirnya ku buat menjadi 4 kelompok yang beranggotakan 2siswa.Aku buatkan 10 soal dadakan,  5 dari buku IPS yang membahas tentang Kartini, dan 5 soal permintaan siswa yaitu soal Matematika. Ku minta Ria menuliskan soal di papan, siswa juga dapat melihat di buku paket IPS agar mereka dapat mencari jawabannya.  Ini lomba cerdas cermat yang sedikit kacau memang.
Kelas yang terakhir, lomba permainan "kertas berjalan". Lomba ini dipenuhi anak kelas 1 sampai III, jadi kelas lebih sulit untuk di kondisikan. Kelas ini aku yang akan handdel. Ada 15 anak yang mengikuti perlombaan ini. Aku membaginya menjadi 3 kelompok.
“ Ibu guru, kita mau main apa kah?”, tanya Alfon penasaran.
“Kita akan bermain kertas berjalan. Sekarang dari setiap kelompok, siapa yang berani menjadi pemimpin kelompok?”
“ Saya... saya... !”, teriak anak-anak.
Ya..begitulah antusias mereka jika akan mengikuti lomba. Aku putuskan, yang menjadi ketua kelompok adalah perempuan. Sekalian mengajarkan bahwa perempuan juga bisa jadi pemimpin.  Aku membagi sedotan kepada setiap ketua kelompok. Mereka belum faham akan lomba yang akan kita mainkan, sehingga sedotan yang hu beri malah di buat tiup-tiupan.
“Cara bermainnya, kalian berbaris ke belakang, jarak antar teman jangan jauh-jauh ataupun terlalu dekat ya. Pemimpin kelompok yang ada di depan mengambil kertas kecil yang ada di meja ini menggunakan sedotan, dengan cara menahan udara yang ada dalam sedotan..bla bla bla....” jelasku sambil mempraktikkannya. Saat melihat aku berhasil mempraktikkan nya, anak-anak berteriak jika mereka sudah bisa dan lomba ingin segera di mulai.
          Coba kita lihat nanti mereka bisa atau tidak. Sekali, dua kali, tiga kali, empat kali.. mereka gagal, kertas jatuh saat akan di operkan ke belakang. Namun inilah serunya permainan, mereka berebut kertas untuk di operkan pada temannya.  Dalam waktu kurang lebih 45 menit perlombaan ini baru selesai . Cukup lama memang, tapi anak anak terhibur, dan pemimpin perempuan yang aku pilih dapat melaksanakan tugas dengan baik. Mereka ku beri waktu untuk beristirahat, sebelum pulang.
   
       Masih ada dua lomba yang harus aku kontrol. Kaki ini sudah macam setrika saja, bolak balik jalannya. Kelas  lomba menggambar sudah mulai mewarna gambar. Mereka terlihat serius sekali saat mewarnai. Lomba cerdas cermat sudah  hampir selesai, mereka sangat cepat mengerjakannya, mungkin karena kebanyakan yang ada di kelas ini adalah kelas IV,V, dan VI. Setelah selesai mengerjakan,  aku  mencoba mengoreksi jawaban mereka dengan  memberikan pertanyaan lisan , mereka dengan antusias berebut untuk menjawab. Cukup membuatku kuwalahan memang, tapi menyenangkan saat melihat mereka antusias.
        Setelah semua lomba usai, anak-anak ku kumpulkan kembali di kelas V. Ini sebagai bahan evaluasi dari kegiatan yang telah kita lalui hari ini. Ku bahas satu persatu tentang lomba, dan tibalah waktunya untuk ku umumkan pemenang lomba. Sangat sederhana, lomba dadakan ini berakhir dengan lagu Ibu Kita Kartini dan tepuk tangan meriah dari anak-anak. Hadiah juga belum sempat ku siapkan, jadi baru akan ku berikan besok di sekolah. Namun anak-anak tidak ada yang protes, mereka tetap tampak ceria sambil tetap bertepuk tangan untuk para pemenang yang ku jajar di depan.
 
        Sungguh kebahagiaan yang sederhana. Lomba yang terlalu dadakan, dan tidak sempurna. Tapi bagi mereka, ini hal yang menyenangkan. Lihatlah senyum ceria itu,  pengalaman mereka saat mengikuti lomba memberikan cerita tersendiri dan menjadi topik pembicaraan saat mereka telah pulang sekolah. Semoga sedikit pengalaman ini akan memberikan dampak positif untuk kalian di masa depan. Amiin..

“Bukan seberapa besar apa yang kau berikan, namun kehadiranmu untuk mendampingi mereka dalam belajar itu yang utama”
Tika. A/ SM3T V/ Iwur-Pegunungan Bintang

Komentar

  1. JTG Gaming signs partnership with Wynn Resorts in Las Vegas
    The gaming operator's JTG Gaming, the 안성 출장샵 leading global 밀양 출장안마 online entertainment 여수 출장샵 and gaming 서귀포 출장샵 division, has reached a multiyear agreement with 포항 출장마사지 Wynn Resorts,

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

INDIGOSOL UNTUK PENCELUPAN

14 Fakta Di Distrik Iwur Kab. Pegunungan Bintang Papua.