Galang dana "Bintang untuk Iwur" melalui kitabisa.com
Halo semua, salam "Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia " !
Perkenalkan, saya Tika Awalini guru SM3T (Sarjana Mendidik daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal) angkatan V, yang tidak bisa move on dari senyum ceria anak-anak tempat saya mengabdi satu tahun lalu. Komunikasi yang tetap terjalin dengan siswa dan warga distrik Iwur Kabupaten Pegunungan Bintang membuat saya tahu bahwa pendidikan disana mengalami kemunduran kembali kala semua guru SM3T sudah tidak lagi bertugas. Hanya ada 4 guru SMP , dan 1 guru SD yang masih aktif mengajar. Sedangkan guru-guru lain dan kepala sekolah hanya akan datang saat ujian tiba.
Siswa SD Inpres Iwur belajar di halaman sekolah
Tak ada lagi guru yang mendampingi mereka belajar di dalam kelas. Pada tingkat SD, siswa harus rela berbagi satu guru untuk 78 siswa dengan jenjang kelas yang berbeda. Belajar dari buku paketpun, jumlahnya sangat terbatas, apa lagi buku bacaan ringan yang jumlahnya jauh lebih terbatas. Padahal semangat mereka dalam belajar masih sangat tinggi. Mereka begitu antusias saat saya memberikan tebak-tebakan melalui telpon seluler. Meski jaringan telekomunikasi terkadang kurang baik, dan membuat suara putus-putus. Tetapi teriakan mereka tetap membuat saya yakin, kalau selalu ada keinginan untuk maju dalam hati mereka. Ucapan semangat yang selalu membuat hati saya terguncang adalah,
"Kami akan menyusul ibu guru di Jawa !"
Sebab hal kecil bagi anda sangat berharga bagi mereka...Yuk berbagi...
Perkenalkan, saya Tika Awalini guru SM3T (Sarjana Mendidik daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal) angkatan V, yang tidak bisa move on dari senyum ceria anak-anak tempat saya mengabdi satu tahun lalu. Komunikasi yang tetap terjalin dengan siswa dan warga distrik Iwur Kabupaten Pegunungan Bintang membuat saya tahu bahwa pendidikan disana mengalami kemunduran kembali kala semua guru SM3T sudah tidak lagi bertugas. Hanya ada 4 guru SMP , dan 1 guru SD yang masih aktif mengajar. Sedangkan guru-guru lain dan kepala sekolah hanya akan datang saat ujian tiba.

(Dokumentasi : Pribadi)
Satu
tahun mendampingi anak-anak di ujung timur wilayah NKRI membuat saya
sadar, bahwa apa yang kita anggap sepele di lingkungan sekitar, ternyata
begitu berharga disana. Contoh sederhana adalah alat tulis, buku
bacaan, baju seragam, serta kehadiran sosok guru yang mendampingi kita
belajar di sekolah. Bagi anak-anak Iwur semua itu adalah barang
istimewa. Bagaimana tidak, jika mereka ingin membeli perlengkapan
sekolah mereka harus menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam. Perjalanan
dilakukan dengan berjalan kaki menembus hutan, menyeberangi jembatan
rotan sepanjang kurang lebih 40 meter, kemudian perjalanan dilanjutkan
dengan menggunakan jasa ojek dengan waktu tempuh 1 jam untuk sampai kota
kabupaten dan sampai di pusat kota kabupatenlah mereka dapat menemukan
kios. Sedihnya, kios di kota jarang sekali menyediakan alat tulis.
Kalaupun ada, itu pasti harganya mahal, maklum satu-satunya tranportasi
menuju kabupaten Pegunungan Bintang memang hanya pesawat.
Jembatan rotan yang harus dilalui untuk menuju kota kabupaten
(Dokumentasi : Pribadi)
Sedangkan
sosok guru, menurut mereka adalah wujud bintang yang mampu memberi
harapan hidup bagi mereka. Sekarang ini, setelah tidak ada lagi guru
SM3T cahaya bintang itu mulai redup kembali.Tak ada lagi guru yang mendampingi mereka belajar di dalam kelas. Pada tingkat SD, siswa harus rela berbagi satu guru untuk 78 siswa dengan jenjang kelas yang berbeda. Belajar dari buku paketpun, jumlahnya sangat terbatas, apa lagi buku bacaan ringan yang jumlahnya jauh lebih terbatas. Padahal semangat mereka dalam belajar masih sangat tinggi. Mereka begitu antusias saat saya memberikan tebak-tebakan melalui telpon seluler. Meski jaringan telekomunikasi terkadang kurang baik, dan membuat suara putus-putus. Tetapi teriakan mereka tetap membuat saya yakin, kalau selalu ada keinginan untuk maju dalam hati mereka. Ucapan semangat yang selalu membuat hati saya terguncang adalah,
"Kami akan menyusul ibu guru di Jawa !"

Keceriaan siswa SD Inpres Iwur saat belajar bersama (Dokumentasi: pribadi)

Setiap sore anak-anak sering bermain kerumah untuk membaca buku bantuan dari "Indonesia Menyala" (Dokumentasi : Pribadi)

Siwa mengikuti lomba lukis yang di adakan dinas pariwisata
Pegunungan Bintang(Dokumentasi : Pribadi)
Atas
dasar keprihatinan itulah saya mengajak anda semua untuk ikut serta
dalam menyalakan kembali bintang harapan anak-anak distrik Iwur. Melalui
pengumpulan donasi ini, saya berharap ada banyak tangan yang mampu
membantu saya menyalakan kembali bintang harapan anak-anak distrik Iwur
dengan menghadirkan alat tulis, seragam sekolah, buku bacaan, hingga
media belajar interaktif yang dapat membantu guru dalam menyampaikan
materi pelajaran. Sebab hal kecil bagi anda sangat berharga bagi mereka...Yuk berbagi...
Komentar
Posting Komentar